Pemuda itu Patriot dalam Hidupku

Pemuda yang lahir 23 Juni 1984 itu menghabiskan masa kecilnya di sebuah desa bernama Banaran Kecamatan Playen Gunung Kidul yang didalamnya terdapat kawasan hutan Wanagama. Almarhum ayahnya adalah pegawai fakultas kehutanan di universitas negeri terbesar di Jogja, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang aktif dalam organisasi kemuhammadiyahan. Betapa luar biasanya ibunya ini. Pagi mencari rumput untuk makan ternak, siang bertani, sore berorganisasi (pengajian, arisan, posyandu, dll).

Anak ketiga dari tiga bersaudara ini merupakan satu-satunya anak laki-laki. Kedua kakaknya perempuan. Kakak pertama yang merupakan motivatornya telah meninggal terlebih dahulu. Sementara kakak kedua menikah dengan seorang Marinir TNI AL yang membawanya untuk tinggal di Lampung. Entah mengapa aku selalu suka dengan laki-laki yang punya saudara perempuan. Tanggung jawabnya semakin besar disini terlebih kepada ibunya.

Pemuda lulusan psikologi dari universitas swasta milik muhammadiyah itu semasa mahasiswa menjadi seorang aktifis kampus. Aktifitas berorganisasi ini sebenarnya sudah dimulai sejak menjadi pelajar dengan mengikuti pramuka dan OSIS. Di juga sempat masuk di pesantren di Wonosari. Teman-temannya memanggilnya dengan sebutan “pak” padahal usianya masih muda. Barangkali sebutan itu karena meski bersemangat orang muda, tapi bijak seperti orang tua.

Ketika menikah, dia dalam kondisi sakit di bagian tanggannya sehingga dia harus mengganti perban setiap hari. Itulah kenapa seorang patriot bukanlah dia yang hanya berjuang untuk orang lain tapi juga berjuang untuk “survive”. Dari situ aku belajar bahwa dua orang yang memutuskan untuk berkomitmen menikah, tidaklah menikahi kesempurnaan. Dua individu yang berbeda saling melengkapi dan berbagi peran.

Profesinya sebagai HRD di sebuah badan usaha milik negara membuatnya harus siap ditugaskan dimana saja. Termasuk saat dia ada perjalanan ke Sydney, Brisbane, dan Gladstone di Australia. Pas hari keberangkatan, anaknya mengalami kejang demam/step. Siapa sih orang tua yang tidak kepikiran saat anaknya sakit? Meski jauh, dia tetap memantau setiap hari perkembangan kondisi anaknya. Dia memang tidak ada disisi, namun dia selalu ada untuk keluarganya saat dibutuhkan.

Jika ayahku adalah pahlawan kehidupanku, maka izinkan aku menepatkan seorang pemuda sebagai patriot dalam hidupku. Pemuda itu tidak lain adalah suamiku.

pemuda itu suamiku
Pemuda itu Suamiku (^_^)v

Syukuran di Bulan Maret : Sang Patriot di Kehidupan Kami

9 comments

  1. “Seorang patriot bukanlah dia yang hanya berjuang untuk orang lain tapi juga berjuang untuk survive.”

    Salam buat Mas ya Mbak, salam kenal 🙂

    Terima kasih atas partisipasinya.

  2. karena dunia selalu berubah maka rubahlah dengan penamu, karena kehidupan terus berjalan maka berjalanlah dengan terangnya penamu, penamu yang tajam akan mengantarmu pada visi yang oleh kakimu terasa jauh untuk dilangkahi, yang oleh mata jauhnya diluar jangkauan pandanganmu..selamat berkarya istriku 🙂

Tinggalkan komentar