Mencari SD untuk Murid Pindahan

“Semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru” (Ki Hadjar Dewantoro)

8 tahun lamanya saya dan keluarga akhirnya pindah dari zona nyaman Lombok NTB ke Kota Metropolitan Jakarta dan sekitarnya. Sounding pindah ke ibukota Jakarta sebenarnya sudah setahun sebelumnya, ternyata momentumnya setelah lebaran/ anak sudah masuk tahun ajaran baru sehingga saya yang orangnya banyak pertimbangan ini pun mulai survey melalui teman, media sosial, situs mommies daily dan the urban mama yang sudah saya ikuti sejak menjadi ibu.

Anak pertama sekarang kelas 2 SD. Sekolah lamanya di Lombok merupakan sekolah swasata Islam terpadu yang menggunakan konsep bilingual, dengan jumlah sedikit murid tiap kelas (kurang dari 20 orang) dan alhamdulillah tempat belajar sangat nyaman karena banyak pohon, ada sedikit peternakan dan juga ada lapangan. Satu kelas diampu oleh 2 orang guru terdiri dari 1 wali kelas dan 1 guru bahasa Inggris. Yang saya suka dari sekolah ini, konsep kekeluargaan. Tiap tahun ada family gathering, selain itu kadang per kelas juga adakan gathering dan kunjungan ketika ada yang berbahagia/ tertimpa musibah. Yang jelas, kehidupan sosial sebanding dengan biaya sosial. if you know what i mean!

Ketika memutuskan untuk bekerja kedua orang tua di pusat kota Jakarta, bagaimana pendidikan anak? kerja tidak megganggu sekolah dan sebaliknya, sekolah anak yang pertama dan utama. Alhamdulillah anak saya dalam fase menuju kemandirian, peralihan dari pelayanan privat ke publik (duh bahasaku tinggi banget). Paling tidak perencanaan saya di Jakarta 4 tahun hingga anak lulus SD. Nah, waktu yang tepat untuk mencari sekolah terbaik secara semua ada di Jakarta dari sekolah negeri favorit, sekolah internasional, sekolah swasta Islam, sekolah alam, semua model pembelajaran ada di sana? Maka, ada pertimbangan pribadi (visi misi dan nilai keluarga dll) dan juga melihat karakter anak. pertama, kami memilih untuk mencari di pinggiran kota Jakarta dan kami memutuskan untuk tinggal di Tangerang Selatan tepatnya di daerah Serpong (dekat Puspitek dan BATAN)

Maka, sejak bulan September, suami yang sudah di Jakarta sejak Agustus mulai survey ke sekolah Islam di daerah Bintaro, Serpong, bahkan Bogor (perbatasan Serpong) ada sekolah tahfidz DQM (Darul Qur’an Mulia). Total ada 6 sekolah yang di survey yaitu (SD Islam Plus Baitul Maal, SD IT Auliya, SDIT Nur Fatahilah, SD Islam Sinar Cendekia, SD IT Insan Cemerlng, dan SD Darul Qur’an Mulia.

IMG-20190904-WA0073

1. Sdit ar ruhama; 2. Sdit matahari; 3. Sdit baitul maal; 4. Sdit cordova; A. Stasiun Pondok Ranji; B Stasiun Jurang Mangu

Hal-hal yang di survey sebagai berikut:

1. Jarak: dekat dengan rumah dan stasiun KRL. Hal ini mengingat kami ke Jakarta menggunakan transport rombongan kereta/ komuter line. Paling tidak,  jarak ke sekolah anak tidak lebih 8 km dan waktu 30 menit untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di jalan. macet, tau ‘jalan tikus’, ketika sakit, hujan dll. Lebih baik jika ada bis umum atau antar jemput sekolah. Alhamdulillah anaknya sudah dikondisikan sejak SD di Lombok naik antar jemput dari sekolah meskipun secara waktu, saya bisa melakukannya. Melatih anak mandiri dan juga bersosialisasi. jika sudah agak lebih besar anak dilatih ke sekolah naik sepeda sendiri atau angkutan umum.  (Tetap utamakan keamanan dan keselamatan)

2. Biaya; mau nyari yang murah ada yang mahal juga ada, yang jelas disesuaikan dengan kemampuan masing-masing keluarga. Kalo saya masih dalam batas kewajaran sih oke-oke aja, materi bisa di cari, masing-masing sudah ada rezekiNya. Kalo saya dari SD hingga kuliah jadi anak sekolah di sekolah Negeri/pemerintah, dapet beasiswa ya udah itu rezeki saya, lha anak-anak sesuaikan dengan kondisinya dan zamannya. Pas itu ada survey the urban mama-saya ikut mengisi ternyata bermanfaat, beberapa ada yang bertanya bedanya sekolah IT dan sekolah Islam Plus, dsb. Biaya sekolahkan 1 anak dan 2 anak berbeda, jika di sekolah yang sama, sesuai pengalaman di sekolah Islam Terpadu mendapatkan diskon di anak kedua. Varibel biaya masing-masing sekolah berbeda. Ada uang pendaftaran, uang pangkal, uang gedung, uang serangam, uang buku-buku, uang SPP bulanan, uang ekskul, uang catering, dan uang komite. Ada juga biaya lain-lain yang belum termasuk dan di masing-masing sekolah berbeda.

3. kurikulum. Pas survey pertama di SD Islam daerah Bintaro, suami saya mengirim foto anak-anak sedang melakukan manasik haji, pikir saya skeptis waktu itu, sejak PAUD/TK di sekolah Islam rata-rata programnya ada manasik haji. Jika manasik dilakukan setiap tahun, Saya pikir lebih baik uangnya ditabung untuk haji beneran. wkwk. Ada juga sekolah yang mengharuskan anak didiknya mengikuti training pilar karakter. Waktu itu, kami awalnya cari sekolah yang sesuai dengan kurikulum sekolah sebelumnya. 3 mata pelajaran (math, science, english) pakai kurikulum Cambridge, dan di Tangsel nyarinya susah. eh, akhinya ketemu tapi metoda baca qur’annya beda. Kami pun belajar lagi. awalnya pakai metdoe ummi, trus ada yang utsmani, ada yang qiro’ati. kurikulum menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari pendidikan anak. Tentang metode belajar, bahasa pengantar, waktu belajar, penilaian, tugas dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak.

4.  fasilitas. Sekolah impian saya lebih suka dengan konsep outdor, anak lebih dekat dengan alam, tapi untuk tinggal di sekitar Jakarta. kami tidak pilih sekolah alam. haha. Pertama ketika anak saya lihat profil sekolah di media sosial, dia lihat gedungnya yang tingkat dan berkomentar “apakah bangunannya tahan gempa?” wkwk.  Idealnya sekolah punya fasilitas sendiri seperti laboratorium, kolam renang, kebun, perpus, dll. tapi ketika tidak punya, tidak masalah asalkan anak tetap enjoy dan menikmati proses belajar. Nah, anak pertama saya sewaktu di Lombok ikutnya ekskul panahan dan robotik, di Tangsel cari yang ada ekskul itu. Kalo panahan ternyata belum nemu, adanya robotik. Bedanya, sekolah SD di Tangsel sudah ada materi TIK/ komputer!

5. Tes masuk. Seperti apa metodenya? apakah calistung, ngaji, usia minimal, dsb. Nah, bulan Oktober 2019, beberapa SD swasata favorit di Tangsel sudah buka pendaftaran untuk SD tahun ajaran 2020 (tujuannya menyering lebih awal terkait kemampuan anak) Anak saya yang kedua tahun depan SD, otomatis, saya mendaftarkan 2 anak di sekolah yang sama.  Nah, pas jadwal tes masuk SD, suami saya umroh sama ibunya dan juga karena saya ada acara dengan keluarga Bapak di Jogja, tes untuk anak saya diundur setelah saya kembali dari Jogja. Ahamdulillah kenal dengan Kepala Sekolahnya yang pernah tinggal di Jepang, lumayan terbantu dengan jadwal dan beliau sendiri kepala Sekolahnya yang menguji anak. Jadi tes masuk yang digunakan untuk siswa pindahan dan siswa baru berbeda. Tentu saja ada tes calistung selain observasi psikologi.  hasilnya, anak ajaib! terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk! (Tan Malaka)

Kembali ke judul, memilih sekolah untuk murid pindahan, tips pertama adalah mencari bangku/ kursi kosong sesuai kuota sekolah pilihan karena, ternyata sekolah yang sudah kita sukai ternyata tidak menerima siswa pindahan ya sama aja, bye bye 😦 , tips kedua sesuaikan dengan budget (biaya hidup, bukan gaya hidup), setelah itu kalo sudah mantap memilih, baru bisa urus-urus surat pindah ke sekolah lama dan diknas.  prosesnya cepet kok!

“semoga pilihanmu mencerminkan harapanmu, bukan ketakutanmu” (Nelson Mandela)

 

Tinggalkan komentar