My Most Unforgettable Journey: Escape To Serenity

Dari sekian tempat yang aku kunjungi, ada saja kenangan yang tak terlupakan. Ada kenangan yang manis saat jalan-jalan bersama orang yang special. Ada kenangan yang pahit saat nyasar atau kehilangan barang. Ada juga yang asam manis karena kulinernya yang maknyuus.lho! Dari kecil, aku suka banget diajak bepergian/jalan-jalan. Apalagi didukung oleh keluarga, tetangga, dan sahabat yang punya hobi yang sama. Tapi tetep rumah adalah tempat yang paling nyaman setelah kita bepergian. Kasur mana kasur!

Dari sekian perjalanan yang paling tak terlupakan bagiku adalah perjalanan sebelum aku menikah dan meningalkan Jogja. Ini ceritanya unforgettable farewell journey ala Mela. Bersama keluarga, aku pergi ke festival layang-layang di pantai Parangkusumo di Bantul. Bersama sahabat di smart syuhada, aku pergi ke pantai Kwaru (berawal dan berakhir di pantai). Bersama adik-adik kelompok mentoring binaanku (3) pergi ke gunung purba Nglanegran, wisata kuliner ala masakan Italia, dan caving di Goa Cermai. Nah, dari sekian perjalanan perpisahan itu, yang paling tak terlupakan adalah perjalanan menyusuri Goa Cerme.

Disambut Pohon-Pohon Besar
Disambut Pohon-Pohon Masuk Goa Cerme

Meski bukan goa pertama yang aku kunjungi (pernah juga ke Goa Gong dan Goa Tabuhan di Pacitan), menyusuri goa Cerme yang terletak di Kabupaten Bantul DIY mempunyai cerita yang berkesan bagiku diantara sejarah dan mitos tentangnya. Sebagaimana Goa Selarong di Bantul yang memiliki sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro melawan VOC, Goa Cerme juga memiliki sejarah panjang. Goa yang namanya berasal dari kata “ceramah” ini konon dulunya digunakan oleh Walisongo (Sunan Kalijogo) untuk menyebarkan agama Islam di Jawa.

Saat itu aku memilih Goa Cerme karena lokasinya dekat dengan salah satu rumah teman kami yang berada di Imogiri, Bantul, DIY. (sekalian silaturahim). Seharusnya kami bersembilan orang perempuan. Namun, satu orang izin karena ada acara di kampus. Padahal yang 1 orang ini adalah mantan anak pecinta alam di sekolah. Jadilah kami berdelapan menyewa 1 orang pemandu sebagai penunjuk jalan untuk menyusuri Goa karena kami masih pemula dan medan yang akan kami lalui sekitar 1,5 km.

masuk goa airnya segini
Masuk Goa Dikawal Pemandu

Kami harus menaiki tangga dulu sebelum masuk ke mulut goa. Beruntung tak sebanyak tangga makam raja-raja di Imogori yang bikin pegel.. hehe. Helem pelindung kepala sudah dipasang, senter sudah menyala, dan tak lupa kamera. Bismillah, masuk ke dalam goa yang digenangi oleh aliran air dengan kedalaman berkisar 0,5 hingga 1,5 meter ini membuat kami harus berhati-hati. Oya, caving di Goa Cerme tidak cocok untuk anak-anak karena kita tidak tau jika sewaktu-waktu air sangat dalam ditambah kondisi goa yang gelap. Kalaupun mengajak anak hanya bisa main-main di play ground di halaman depan Goa.

lama-lama airnya segini hihi
Lama-Lama Airnya Segini Kayak Banjir

Sepanjang perjalanan, kami terpukau oleh keindahan stalagtit, stalagmit, canopy, dan flowstone. Apalagi saat menemukan air terjun di dalam goa. MasyaAllah, berasa surga di bawah tanah. Selama ini bayangan air terjun hanya di pegunungan/alam terbuka saja. (Gumunan).

Air Terjun di dalam Goa
Air Terjun di dalam Goa

Tak terasa sudah satu jam kami menyusuri Goa. Kami pun keluar Goa yang ternyata berada di kabupaten Gunung Kidul. Kami baru sadar saat keluar goa dalam kondisi basah, ada salah satu sepatu dari kami yang jebol. Sampai di atas, kami pun tertawa dengan kejadian ini. Rasa lelah tak terasa karena kami melakukannya bersama-sama. Hanya butuh satu jam bagi kami menikmati eksotisnya Goa Cerme. Tapi bagiku, melupakan cerita ini mungkin butuh waktu seumur hidupku. (sampai sempet bikin video kumpulan foto-foto caving, setelah bongkar-bongkar seingetku videonya tersimpan di komputer di Jogja).

Sepatu yang Jadi Saksi Perjuangan
Sepatu yang Jadi Saksi Perjuangan

Menyusuri Goa yang memiliki cerita sejarah bagiku seperti menyusuri masa lalu ke zaman Pangeran Diponegoro (Goa Selarong), zaman Sunan Kalijaga (Goa Cerme), atau zaman Ashabul Kahfi (7 pemuda yang tertidur dalam Goa selama 309 tahun), dan zaman Rasulullah Muhammad saw bersama Abu Bakar a.s (Goa Tsur) untuk melarikan diri demi menyelamatkan iman. Berada di kesunyian, di tempat yang gelap, kita hanya ingat pada sang pemilik jiwa ini Allah Azza Wa Jalla.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Unforgettable Journey Momtraveler’s Tale”

banner-GA-ku-500x134

3 comments

Tinggalkan komentar