Apa yang membuatmu selalu ingin mengunjungi pantai? Sensasi bermain dengan butiran pasirnya, deburan ombak yang mengalun harmonis, nelayan dengan perahunya, atau pemandangan gunung diseberang lautan yang semakin membuatmu semakin mengagumi keagungan-Nya. Namun, bagaimana jika yang kau lihat adalah sampah-sampah yang berserakan di sepanjang pantai? Tiga tahun yang lalu sewaktu masih tinggal di Bali, ada berita bahwa banyak turis yang enggan ke pantai Kuta lagi karena banyak sampah menumpuk dan berserakan. Bukan karena teroris tapi karena sampah. Sayang sekali, sampah mengotori pantai yang dikenal banyak orang di dunia.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, laut beserta isinya merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi Indonesia. Sekarang saat aku tinggal di pulau Lombok yang juga terkenal dengan pantainya yang eksotis, masih saja menemukan fenomena yang sama. Sampah bertebaran disepanjang pantai utamanya pantai yang menjadi muara akhir dari sebuah sungai. Lombok yang juga termasuk pulau kecil menurut UNCLOS (United nation Convention on The Law of The Sea) karena luasnya kurang dari 10 ribu kilometer persegi ternyata juga rentan terhadap perubahan iklim yang belakangan menjadi kecemasan global. Informasi tentang perubahan iklim dan dampaknya sudah banyak tersedia, namun setidaknya ada yang bisa kita lakukan untuk menjaga agar lingkungan tetap lestari. Selain itu, ekosistem laut yang lestari tidak hanya mendukung ekonomi lokal, tetapi juga memberikan perlindungan bagi masyarakat pesisir.
Sejalan dengan cara yang dilakukan oelh The Nature Conservancy Program Indonesia (TNC) dalam melestarikan sumberdaya alam laut Indonesia, maka membersihkan pantai termasuk dalam salah satu resolusi hijau 2015 selain menanam pohon. Awal Desember 2014 aku pernah membersihkan Pantai Loang Baloq yang terletak di Barat Kota Mataram. Saat itu aku bersama teman-temanku melakukan aksi gabungan bersama elemen TNI, pegawai pemda, dll. Namun, sebanyak apapun jumlah kami saat itu membersihkan pantai, kotoran dari sungai masih akan ada. Dengan kata lain perlu kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Jika sungai saja sudah kotor dengan tumpukan sampah, bagaimana dengan pantai yang juga didatangi para wisatawan? Kupikir setiap wisatawan yang ke pantai pasti tidak hanya menikmati keindahan alam pantai. Mereka juga membawa sampah entah itu botol minuman, makanan, pakaian, dll. Karena itu, aku memiliki ide agar setiap wisatawan yang mengunjungi pantai memunguti sampah yang mereka temukan di pantai. Jika perlu sampah tersebut ditukarkan seharga tiket masuk atau kelebihannya mendapatkan semacam voucher.
Rasanya sulit untuk mengharapkan orang lain berbuat demikian kecuali dimulai dari diri sendiri. Setiap kali mendatangi pantai mana pun, aku akan memunguti sampah. Setidaknya aku berusaha menerapkan prinsip konservasi saat berwisata alam untuk tidak meninggalkan apapun kecuali jejak dan tidak mengambil apapun kecuali foto. Memungut sampah di pantai barangkai merupakan suatu hal yang belum lazim di kalangan wisatawan, namun selagi aku bisa melakukannya di dunia nyata dan mengajak orang lain lewat tulisan ini, kenapa tidak? Lingkungan alam memberikan kebaikan pada kehidupan kita, lalu apakah kita akan merusaknya dengan membuang sambah sembarangan? Aku berharap bisa menceritakan untuk anak-anak nanti sepulang dari pantai bahwa di pantai aku melihat laut yang biru yang bersih tanpa sampah.
Referensi:
Kukuh Tjatur, dkk. 2011. Merajut Mimpi Kelola Sukma: Kajian Tata Ruang Berperspektif Perubahan Iklim. Lembaga Transform
http://www.nature.or.id/tentang-kami/cara-kerja-kami/bentang-laut/index.htm
Wah, mantap mba kegiatannya ^.^
Kesadaran untuk menjaga kebersihan bagi kita bersama sungguh penting ya, Mbak.
Salut sama kegiatannya membersihkan pantai, Mbak.
betul pak. karena sampah selain merusak pemandangan juga bau.
terima kasih telah berkunjung
inspiratif…semoga makin banyak yg sadar ya mb/bu..